BAB I PENDAHULUAN
1.1.1
Latar Belakang
Bahasa
adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Depdiknas (2008: 116) “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri”. Chaer (2009: 1) “Bahasa adalah
fenomena yang menghubungkan dunia makna dengan dunia bunyi”. Dalam linguistik atau ilmu bahasa mengkaji mengenai fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.
Makalah ini mengkaji bidang sintaksis, kategori sintaksis khususnya nomina dari
segi perilaku sintaksis dan verba dari segi perilaku sintaksis.
Ramlan
(2005: 18) menyatakan “Istilah sintaksis secara langsung dari belanda syntaxis.
Dalam bahasa inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa
dan frase”. Sintaksis merupakan suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji
mengenai kalimat, klausa dan frase. Objek kajian sintaksis yaitu kalimat,
klausa dan frase.
Chaer
(2009: 27) menjelaskan sebagai berikut:
Kategori
Sintaksis adalah jenis atau tipe kata atau frase yang menjadi pengisi
fungsi-fungsi sintaksis. Kategori sintaksis berkenaan dengan istilah nomina
(N), verba (V), ajektiva (A), adverbia (Adv), numeralia (Num), preposisi
(Prep), konjungsi (Konj), dan pronomina (Pron)”. Dalam hal ini N, V, dan A
merupakan kategori utama; sedangkan yang lain merupakan kategori tambahan.
Kategori nomina atau frase nomina
mengisi fungsi subjek dan objek, sedangkan kategori verba atau frase verba
mengisi fungsi predikat. Depdiknas (2008: 966) “Nomina adalah kelas kata yang
dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak”.
Depdiknas (2008: 1546) “Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan,
atau keadaan, kata kerja”. Nomina ialah kata benda dan verba ialah kata kerja.
Nomina dari segi perilaku sintaksis dan verba dari segi perilaku sintaksis termasuk ke dalam kategori sintaksis.
1.1.2
Masalah
Berdasarkan
latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
nomina dari segi perilaku sintaksis?
2. Bagaimanakah
verba dari segi perilaku sintaksis?
1.2
. Tujuan
dan Manfaat
Adapun
tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana nomina dari segi perilaku sintaksis.
2.
Untuk mengetahui bagaimana verba dari
segi perilaku sintaksis.
Manfaat yang bisa diperoleh dari
makalah ini jika ditinjau dari segi teoritisnya, makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna bagi pengajaran bahasa Indonesia yang baik
dan benar, serta dari segi praktis memberikan pemahaman yang secara umum bagi
pembaca.
1.3
Ruang Lingkup
Berdasarkan
latar belakang dan masalah, ruang lingkup dari makalah ini yaitu: termasuk ke
dalam ruang lingkup sintaksis, kajian kategori sintaksis, khususnya nomina dari
segi perilaku sintaksis dan verba dari segi perilaku sintaksis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Nomina dari Segi Perilaku
Sintaktisnya
Dengan mempertimbangkan fitur semantiknya, uraian tentang nomina
dari segi perilaku sintaktisnya berikut ini akan dikemukakan berdasarkan posisi
atau pemakaiannya pada tataran frasa. Pada frasa nominal, nomina berfungsi
sebagai inti atau poros frasa. Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian
utama, sedangkan pewatasnya berada di muka atau di belakangnya. Bila pewatas
frasa nominal itu berada di muka, pewatas ini umumnya berupa numeralia atau
kata tugas.
Contoh:
(1)
Lima lembar
(2)
Seorang guru
(3)
Beberapa sopir
(4)
Bukan jawaban
(5)
Banyak masalah
Kalau pewatas berada di belakang nomina, frasa nominal dapat berupa
urutan dua nomina atau lebih atau nomina yang diikuti oleh adjektifa, verba,
atau kelas kata yang lain. Dengan kata lain, nomina yang merupakan inti frasa
itu diikuti oleh pewatas yang berupa nomina, adjektifa, verba, atau kata yang
lain.
Contoh:
(1) Masalah penduduk
(2) Buku catatan
(3) Uang saku bulanan
(4) Kelas ringan
(5) Pendapat yang aneh
(6) Istilah baru
(7) Pola berpikir
(8) Keluarga berencana
(9) Tabungan berjangka
(10) Rumah kita
(11) Masa kini
(12) Perbuatan itu
Nomina juga digunakan dalam frasa preposisional ini, nomina bertindak
sebagai poros yang didahului oleh preposisi tertentu.
Contoh:
(1)
Di kantor
(2)
Ke desa
(3)
Dari markas
(4)
Untuk adikmu
(5)
Pada masa itu
Baik sebagai nomina tunggal maupun dalam bentuk frasa, nomina dapat
menduduki posisi (a) subjek, (b) objek, (c) pelengkap, atau (d) keterangan.
Contoh:
a.
Manusia pasti
mati. Masalah penduduk memerlukan penanganan yang serius. Penjarahan bulan mei
tahun 1998 itu memalukan bangsa.
b.
Swastanisasi
membutuhkan uang. Perusahaan kami sedang mencari manajer yang terampil.
Demokrasi memerlukan keterbukaan.
c.
Petani mulai
segan bertanam padi. Itu baru merupakan suatu pendapat. Dia menyerupai ibunya.
d.
Mereka akan
datang minggu pagi. Di belakang rumah tumbuh pohon beringin yang besar. Kami
baru saja kembali dari padang.
2.2.
Verba dari Segi Perilaku Sintaktisnya
Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena
dalam kebanyakan hal verba ada dalam kalimat tersebut. Verba mendekat,
misalnya, mengharuskan adanya subjek sebagai pelaku, tetapi melarang munculnya
nomina di belakangnya. Sebaliknya, verba mendekati mengharuskan adanya nomina
di belakangnya. Perilaku sintaksis seperti ini berkaitan erat dengan makna dan
sipat ketransitifan verba.
2.2.1.
Pengertian Ketransitifan
Dari segi sintaksisnya,
ketransitifan verba ditentukan oleh dua faktor: (1) adanya nomina yang berdiri
di belakang verba yang berpungsi sebagai objek dalam kalimat aktif dan (2)
kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Dengan
demikian,pada dasarnya verba terdiri atas verba transitif dan verba taktransitif.
Verba taktransitif ada pula yang berpreposisi.
2.2.1.1.
Verba
Transitif
Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek
dalam kalimat aktip, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat
pasif.perhatikan contoh berikut.
(1) Ibu sedang membersikan
kamar itu.
(2) Rakyat pasti mencintai
pemimpin yang jujur.
(3) Polisi harus memperlancar
arus lalu lintas.
(4) Pemerintah akan memberlakukan
peraturan itu segera.
(5) Sekarang orang sukar mencari
perkerjakan.
Verba yang dicetak miring dalam contoh (1-5)
adalah verba transitif. Masing-masing diikuti oleh nomina atau frase nomina,
yaitu kamar itu, pemimpin yang jujur, arus lain lintas, peraturan itu, dan
perkerjaan. Nomina atau frasa nomina itu berfungsi sebagai objek yang dapat
juga dijadikan subjek pada kalimat pasif seperti.
(1a) Kamar
itu sedang dibersikan oleh ibu.
(2a) Pemimpin yang jujur pasti
dicintai oleh rakyat.
a.
Verba
Ekatransitif
Verba ekatransitif adalah verba transitif yang diikuti oleh satu
objek. Perhatikan contoh-contoh berikut:
(1)
Saya sedang
mencari perkerjaan
(2)
Ibu akan
membeli baju baru
Mencari dan membeli pada kalimat (1) dan (2)
adalah verba ekatransitif karena kedua verba ini hanya memerlukan sebuah objek
(pekerjaan dan baju baru). Objek dalam kalimat yang mengandung verba ekatransitif dapat diubah fungsinya
sebagai subjek dalam kalimat pasif.
b.
Verba Dwitransitif
Verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat
diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap.
Perhatian contoh berikut:
(1) Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan.
(2)
Ibuk akan
membelikan kakak baju baru.
Verba mencarikan dan membelikan pada kalimat verba dwitransitif
karana masing masing
memiliki objek dapat saja tidak
dinyatakan
secara eksplesit tetapi
yang tersirat didalam
kedua kalimat itu
tetap menunjukkan adanya objek
tadi jadi kalimat
saya sedang mencarikan
pekerjaan mengandung arti
bahwa pekerjaan itu bukan
untuk saya tetapi untuk orang lain demikian pula dalam kalimat
ibu akan membelikan baju
baru tersirat pengertian
bahwa baju yang dibeli
oleh ibu itu untuk orang lain. Sejumlah
verba dwitransitif memiliki ciri semantis yang
membedakan fungsi objek
dari pelengkap yang berupa
nama,julukan,gelar,atau kedudukan .mereka menamai anak itu
sarah,bayi itu dinamai sarah oleh mereka, bayi itu dinamai sarah. Bayi
itu dan sarah,bila kalimat seperti ini
dijadikan kalimat pasif,maka pelengkapnya berada
di belakang verba atau
di muka verba bila bentuk pasifnya seperti pada
umumnya tidak dipakai,kecuali bila di tempatkan di muka.sementara itu,ada pula
verba yang dapat berstatus dwitransitif,tetapi dapat
juga ekatransitif.verba
seperti memanggil dan
menyebut,misalnya,dapat
mempunyai satu atau
dua nomina di
blakangnya.misalnya, mereka memanggil kami si
botak dan mereka
memanggil kamu.
c.
Verba
semitransitif
Verba semitransitif ialah verba yang objeknya boleh ada dan boleh
juga tidak. Perhatikan contoh berikut:
(1) ayah sedang membaca koran
(2)
ayah sedang membaca
Kalimat (1) dan (2) menunjukkan
bahwa verba membaca adalah verba semitransitif karena verba itu boleh memiliki
objek (koran) seperti pada contoh (1), tetapi juga boleh berdiri sendiri tanpa
objek seperti pada (2). Jadi, objek untuk verba semitransitif bersifat manasuka.
2.2.1.2.
verba taktransitif
Verba taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina
dibelakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
(1) maaf, pak, ayah sedang mandi
(2)
kami harus
bekerja keras untuk membangun negara
2.2.1.3.
verba berpreposisi
Verba berpreposisi ialah verba taktransitif yang selalu diikuti
oleh preposisi tertentu, seperti yang terdapat dalam kalimat yang berikut:
(1) kami belum tahu akan/tentang hal itu
(2)
saya sering
berbicara tentang hal itu
(3)
sofyan berminat
pada musik
(4)
keberhasilan
pembangunan banyak bergantung pada mentalitas para pelaksananya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Nomina dari Segi Perilaku Sintaktisnya
Dengan mempertimbangkan fitur semantiknya, uraian tentang nomina
dari segi perilaku sintaktisnya berikut ini akan dikemukakan berdasarkan posisi
atau pemakaiannya pada tataran frasa. Pada frasa nominal, nomina berfungsi
sebagai inti atau poros frasa. Sebagai inti frasa, nomina menduduki bagian
utama, sedangkan pewatasnya berada di muka atau di belakangnya. Bila pewatas
frasa nominal itu berada di muka, pewatas ini umumnya berupa numeralia atau
kata tugas.
Verba dari Segi Perilaku Sintaktisnya
a.
Verba
transitif
·
Verba
ekatransitif
·
Verba
dwitransitif
·
Verba
semitransitif
b.
Verba
taktransitif
c.
Verba
berproposisi
Daftar Pustaka
Alwi,
Hasan.dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Balai Pustaka
Ramlan,
M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta: C.V.
Karyono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar