Sabtu, 24 Desember 2011

               Duka Negeriku

Bagai berperang didinginnya sepi
Dengan sekejap mata
Semua pun terjadi
Mencari-cari tempat berlindung
Memperdulikan diri sendiri
Derita negeri bertubi-tubi
Gunung merapi meletus lagi
Gempa dan tsunami menghempas daratan ini
Banjir bandang yang melautkan bumi
Korban meratapi nasib yang tak dikehendaki
Nyawa melayang tanpa disadari
Duka yang mengores jiwa ini
Air mata yang mendampingi diri
Terluntah-luntah meratap nasib ini


        Tuhan Tempatku Berlindung
   

    Tuhanku……
    Engkaulah tempatku meminta
    Engkaulah tempatku memohon doa
    Dosa-dosaku yang tak terhapuskan
Pintu tobatMu selalu terbuka
Aku adalah hambaMu
Yang berlumur dosa
Berharap doa-doaku terkabulkan
Ayat-ayatMu yang menenangkan jiwa
Hanya dihadapanMu
Ku bisa berlindung
KaruniaMu yang tak terkira
DihadapanMu aku bersujud
Tuhan……
RezekiMu memberiku kehidupan
RahmatMu membuat hidupku berwarna
Tuhan ……
Engkaulah tempatku berlindung



          Rasa Yang Tak Terduga

Ku tak pernah menyangka
Dirimu menghadirkan warna
Kehadiranmu yang tak pernah ku duga
Memancarkan semua rasa
Aku mengira hati ini tidak bisa mencinta
Saat cinta pertama
Menjauh dari mata
Saat kau ada disisi
Menghapus semua yang ku kira
Kehadiranmu mengubah rasa
Jiwa yang sepi diisi cerah
Mereka-reka apa yang terjadi
Kau ciptakan sejuta mimpi
Tersenyumku dicerahnya hati
Pikiran yang sulitku mengerti
Mimpi yang melengkapi hari


   
             Indonesiaku Tercinta

    Negeriku yang tercinta
    Disitulah aku dilahirkan bunda
    Berjajar pulau-pulau yang ada
    Menambah keindahan yang kurasa
    Suku bangsa yang beragam
    Berbeda agama yang ada
    Dingeriku tercinta
    Semua tetap satu jua
    Menjadi ciri-ciri bangsa
    Sumber daya alam yang melimpah
    Keindahan alam yang menakjudkan mata
    Kebudayaan tak terhitung harganya
    Menjujung tinggi martabat bangsa
    Bumi pertiwi yang ku damba
Kemakmuran yang ku rasa   
    Dinegeriku yang tercinta
    Negeriku Indonesia

   
          Jaga Perkataan Jaga Kelakuan

    Hidup adalah anugrah
    Budi pekerti yang harus dijaga
    Membuang jauh angkuh kau punya
    Ramah-tamah harus dijaga
    Berkorban demi sesama
    Membantu kaum yang lemah
    Sejak kecil diajari agama
    Patuh kepada ayah dan bunda
    Rajin belajar kunci semua
    Banyak berdoa tidaklah lupa
    Sukses didepan mata
    Meraihnya dengan semangat
    Berbohong janganlah pernah
    Orang tidak akan pernah percaya
    Jaga perkataan jaga kelakuan
    Menjadi orang yang berbudi bahasa



        Beristifarku Dalam Hening
   
    Bagai disambar petir dipagi hari
    Bagai melangkah dipuing-puing kaca
    Tertembak peluru tajam
Yang merobek jiwa
Diracuni oleh racun
Yang tak bisa diduga
Jiwa yang membeku
Membuat jantung berhenti
Suara yang bagaikan sutra
Menghancurkan gendang telinga
Meraung, merangkak
Didasar jiwa yang paling dalam
Gemercik hujan menghancurkan raga
Tersesat dihutan rimba
Tertusuk oleh panah kau asa
Bagai tertimpa pohon kelapa
Terjebak dilubang yang dalam
Beristifasku padaMu
Kau menciptakan alam semesta ini

        Sepi Tanpa HadirMu

Pisau tak seluka sepi
Tumpul pisau, pisau derita
Senyap sepi menyayat rohani
Tumpul pisau , pisau derita
Pedih sepi tak sebanding pisau
Sepi putih, sepi hitam
Menggila pisau tak segila sepi
Tanpa Kau sepi memagari diri
Sepiku tanpa berzikir
Sepiku tanpa bershalawat
Oh…sepi… sepi…..
Doa menghapus semua duri
Sepi terbunuh sembilu berduri
Kau datang menenangkan mata bathin
Ayat-ayatMu mengusir sepi dan sepi
Seramnya gelap tak seperti sepi
Sepi bagaikan pilu
Sepi baru terasa sepi
Jika aku lalai dan menjauh dari sujudMu

          Masa Lalu Yang Menghentikan Rasa

Tak pernahku mengharapkan cahaya
    Kau datang mencerahkan dunia
    Sepi sirna ditepis sang surya
    Ku terbata terpana
    Ketika indah menghiasi jendela
    Roda berhenti berputar
    Semua rasa kau olesi luka
    Kau terangi jiwaku
    Kau lempar dukaku didasar samudra
    Kau berubah lingkungan mendesak
    Tak menghendaki rasa
    Kau robek rasa
    Termakan ucapan sekitarmu
    Massa lalu yang menyiksamu
    Kau tertatih, membisu
    Lingkungan menyamakan denganku
    Massa lalu yang menghancurkan hidupmu
Lingkungan menyamakan denganku



        Rasa Yang Menahan Harapan

    Kangen terbelenggu dihati
    Rasa yang menahan harapan
    Waktu yang menghitung detik
    Angin yang mengenang paras
Kesunyian di isi sepi
Semua yang berjalan tak ku mengerti
Reka-reka apa yang terjadi
Melambung tinggi anganku
Sudah terlalu dalam memahami
Nama yang tak terlupa
Tersimpan hanya satu arti
Merasa semua tak mendalami
Asaku terbang jauh
Melayang bermain dengan awan
Suara menggematak terdengar bulan
Udara yang menemani
Mengikuti arah mentari
Rasa membawaku meredupkan hatiku
Menunggu terang menghapus gelap


        Ku Tak Bisa Bertahan

    Terdiam hanya bisa diam
    Kaupun menghilang
    Kau datang dengan dukaan
Menggores kalbu
Tak terucap kata
Berkali kau sakiti hati
Tapi tetap bertahan
Ku terpaku terpana
Melihat tingkahmu
Ku tak bisa bertahan
Kau tak bisa menahan
Kau tak bisa menjauh
Ku tak berdaya dengan kebencian
Mendung bagi diriku
Dirimu bagaikan rintihan kalbu
Mencoba menghentikan langkahku
Memahami tanggung hidupku
Engkau pelita malamku
Sang penggores kalbu
Merintih perih dibumbuhi garam



   
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar