Sabtu, 24 Desember 2011

TUGAS INDIVIDU PUISI DISUSUN OLEH: RENI SRIMAYANA 106211319 3.B UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PEKANBARU 2011 Duka Negeriku Bagai berperang didinginnya sepi Dengan sekejap mata Semua pun terjadi Mencari-cari tempat berlindung Memperdulikan diri sendiri Derita negeri bertubi-tubi Gunung merapi meletus lagi Gempa dan tsunami menghempas daratan ini Banjir bandang yang melautkan bumi Korban meratapi nasib yang tak dikehendaki Nyawa melayang tanpa disadari Duka yang mengores jiwa ini Air mata yang mendampingi diri Terluntah-luntah meratap nasib ini Tuhan Tempatku Berlindung Tuhanku…… Engkaulah tempatku meminta Engkaulah tempatku memohon doa Dosa-dosaku yang tak terhapuskan Pintu tobatMu selalu terbuka Aku adalah hambaMu Yang berlumur dosa Berharap doa-doaku terkabulkan Ayat-ayatMu yang menenangkan jiwa Hanya dihadapanMu Ku bisa berlindung KaruniaMu yang tak terkira DihadapanMu aku bersujud Tuhan…… RezekiMu memberiku kehidupan RahmatMu membuat hidupku berwarna Tuhan …… Engkaulah tempatku berlindung Rasa Yang Tak Terduga Ku tak pernah menyangka Dirimu menghadirkan warna Kehadiranmu yang tak pernah ku duga Memancarkan semua rasa Aku mengira hati ini tidak bisa mencinta Saat cinta pertama Menjauh dari mata Saat kau ada disisi Menghapus semua yang ku kira Kehadiranmu mengubah rasa Jiwa yang sepi diisi cerah Mereka-reka apa yang terjadi Kau ciptakan sejuta mimpi Tersenyumku dicerahnya hati Pikiran yang sulitku mengerti Mimpi yang melengkapi hari Indonesiaku Tercinta Negeriku yang tercinta Disitulah aku dilahirkan bunda Berjajar pulau-pulau yang ada Menambah keindahan yang kurasa Suku bangsa yang beragam Berbeda agama yang ada Dingeriku tercinta Semua tetap satu jua Menjadi ciri-ciri bangsa Sumber daya alam yang melimpah Keindahan alam yang menakjudkan mata Kebudayaan tak terhitung harganya Menjujung tinggi martabat bangsa Bumi pertiwi yang ku damba Kemakmuran yang ku rasa Dinegeriku yang tercinta Negeriku Indonesia Jaga Perkataan Jaga Kelakuan Hidup adalah anugrah Budi pekerti yang harus dijaga Membuang jauh angkuh kau punya Ramah-tamah harus dijaga Berkorban demi sesama Membantu kaum yang lemah Sejak kecil diajari agama Patuh kepada ayah dan bunda Rajin belajar kunci semua Banyak berdoa tidaklah lupa Sukses didepan mata Meraihnya dengan semangat Berbohong janganlah pernah Orang tidak akan pernah percaya Jaga perkataan jaga kelakuan Menjadi orang yang berbudi bahasa Beristifarku Dalam Hening Bagai disambar petir dipagi hari Bagai melangkah dipuing-puing kaca Tertembak peluru tajam Yang merobek jiwa Diracuni oleh racun Yang tak bisa diduga Jiwa yang membeku Membuat jantung berhenti Suara yang bagaikan sutra Menghancurkan gendang telinga Meraung, merangkak Didasar jiwa yang paling dalam Gemercik hujan menghancurkan raga Tersesat dihutan rimba Tertusuk oleh panah kau asa Bagai tertimpa pohon kelapa Terjebak dilubang yang dalam Beristifasku padaMu Kau menciptakan alam semesta ini Sepi Tanpa HadirMu Pisau tak seluka sepi Tumpul pisau, pisau derita Senyap sepi menyayat rohani Tumpul pisau , pisau derita Pedih sepi tak sebanding pisau Sepi putih, sepi hitam Menggila pisau tak segila sepi Tanpa Kau sepi memagari diri Sepiku tanpa berzikir Sepiku tanpa bershalawat Oh…sepi… sepi….. Doa menghapus semua duri Sepi terbunuh sembilu berduri Kau datang menenangkan mata bathin Ayat-ayatMu mengusir sepi dan sepi Seramnya gelap tak seperti sepi Sepi bagaikan pilu Sepi baru terasa sepi Jika aku lalai dan menjauh dari sujudMu Masa Lalu Yang Menghentikan Rasa Tak pernahku mengharapkan cahaya Kau datang mencerahkan dunia Sepi sirna ditepis sang surya Ku terbata terpana Ketika indah menghiasi jendela Roda berhenti berputar Semua rasa kau olesi luka Kau terangi jiwaku Kau lempar dukaku didasar samudra Kau berubah lingkungan mendesak Tak menghendaki rasa Kau robek rasa Termakan ucapan sekitarmu Massa lalu yang menyiksamu Kau tertatih, membisu Lingkungan menyamakan denganku Massa lalu yang menghancurkan hidupmu Lingkungan menyamakan denganku Rasa Yang Menahan Harapan Kangen terbelenggu dihati Rasa yang menahan harapan Waktu yang menghitung detik Angin yang mengenang paras Kesunyian di isi sepi Semua yang berjalan tak ku mengerti Reka-reka apa yang terjadi Melambung tinggi anganku Sudah terlalu dalam memahami Nama yang tak terlupa Tersimpan hanya satu arti Merasa semua tak mendalami Asaku terbang jauh Melayang bermain dengan awan Suara menggematak terdengar bulan Udara yang menemani Mengikuti arah mentari Rasa membawaku meredupkan hatiku Menunggu terang menghapus gelap Ku Tak Bisa Bertahan Terdiam hanya bisa diam Kaupun menghilang Kau datang dengan dukaan Menggores kalbu Tak terucap kata Berkali kau sakiti hati Tapi tetap bertahan Ku terpaku terpana Melihat tingkahmu Ku tak bisa bertahan Kau tak bisa menahan Kau tak bisa menjauh Ku tak berdaya dengan kebencian Mendung bagi diriku Dirimu bagaikan rintihan kalbu Mencoba menghentikan langkahku Memahami tanggung hidupku Engkau pelita malamku Sang penggores kalbu Merintih perih dibumbuhi garam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar