TUGAS INDIVIDU
PUISI
DISUSUN OLEH:
RENI SRIMAYANA
106211319
3.B
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PEKANBARU
2011
Duka Negeriku
Bagai berperang didinginnya sepi
Dengan sekejap mata
Semua pun terjadi
Mencari-cari tempat berlindung
Memperdulikan diri sendiri
Derita negeri bertubi-tubi
Gunung merapi meletus lagi
Gempa dan tsunami menghempas daratan ini
Banjir bandang yang melautkan bumi
Korban meratapi nasib yang tak dikehendaki
Nyawa melayang tanpa disadari
Duka yang mengores jiwa ini
Air mata yang mendampingi diri
Terluntah-luntah meratap nasib ini
Tuhan Tempatku Berlindung
Tuhanku……
Engkaulah tempatku meminta
Engkaulah tempatku memohon doa
Dosa-dosaku yang tak terhapuskan
Pintu tobatMu selalu terbuka
Aku adalah hambaMu
Yang berlumur dosa
Berharap doa-doaku terkabulkan
Ayat-ayatMu yang menenangkan jiwa
Hanya dihadapanMu
Ku bisa berlindung
KaruniaMu yang tak terkira
DihadapanMu aku bersujud
Tuhan……
RezekiMu memberiku kehidupan
RahmatMu membuat hidupku berwarna
Tuhan ……
Engkaulah tempatku berlindung
Rasa Yang Tak Terduga
Ku tak pernah menyangka
Dirimu menghadirkan warna
Kehadiranmu yang tak pernah ku duga
Memancarkan semua rasa
Aku mengira hati ini tidak bisa mencinta
Saat cinta pertama
Menjauh dari mata
Saat kau ada disisi
Menghapus semua yang ku kira
Kehadiranmu mengubah rasa
Jiwa yang sepi diisi cerah
Mereka-reka apa yang terjadi
Kau ciptakan sejuta mimpi
Tersenyumku dicerahnya hati
Pikiran yang sulitku mengerti
Mimpi yang melengkapi hari
Indonesiaku Tercinta
Negeriku yang tercinta
Disitulah aku dilahirkan bunda
Berjajar pulau-pulau yang ada
Menambah keindahan yang kurasa
Suku bangsa yang beragam
Berbeda agama yang ada
Dingeriku tercinta
Semua tetap satu jua
Menjadi ciri-ciri bangsa
Sumber daya alam yang melimpah
Keindahan alam yang menakjudkan mata
Kebudayaan tak terhitung harganya
Menjujung tinggi martabat bangsa
Bumi pertiwi yang ku damba
Kemakmuran yang ku rasa
Dinegeriku yang tercinta
Negeriku Indonesia
Jaga Perkataan Jaga Kelakuan
Hidup adalah anugrah
Budi pekerti yang harus dijaga
Membuang jauh angkuh kau punya
Ramah-tamah harus dijaga
Berkorban demi sesama
Membantu kaum yang lemah
Sejak kecil diajari agama
Patuh kepada ayah dan bunda
Rajin belajar kunci semua
Banyak berdoa tidaklah lupa
Sukses didepan mata
Meraihnya dengan semangat
Berbohong janganlah pernah
Orang tidak akan pernah percaya
Jaga perkataan jaga kelakuan
Menjadi orang yang berbudi bahasa
Beristifarku Dalam Hening
Bagai disambar petir dipagi hari
Bagai melangkah dipuing-puing kaca
Tertembak peluru tajam
Yang merobek jiwa
Diracuni oleh racun
Yang tak bisa diduga
Jiwa yang membeku
Membuat jantung berhenti
Suara yang bagaikan sutra
Menghancurkan gendang telinga
Meraung, merangkak
Didasar jiwa yang paling dalam
Gemercik hujan menghancurkan raga
Tersesat dihutan rimba
Tertusuk oleh panah kau asa
Bagai tertimpa pohon kelapa
Terjebak dilubang yang dalam
Beristifasku padaMu
Kau menciptakan alam semesta ini
Sepi Tanpa HadirMu
Pisau tak seluka sepi
Tumpul pisau, pisau derita
Senyap sepi menyayat rohani
Tumpul pisau , pisau derita
Pedih sepi tak sebanding pisau
Sepi putih, sepi hitam
Menggila pisau tak segila sepi
Tanpa Kau sepi memagari diri
Sepiku tanpa berzikir
Sepiku tanpa bershalawat
Oh…sepi… sepi…..
Doa menghapus semua duri
Sepi terbunuh sembilu berduri
Kau datang menenangkan mata bathin
Ayat-ayatMu mengusir sepi dan sepi
Seramnya gelap tak seperti sepi
Sepi bagaikan pilu
Sepi baru terasa sepi
Jika aku lalai dan menjauh dari sujudMu
Masa Lalu Yang Menghentikan Rasa
Tak pernahku mengharapkan cahaya
Kau datang mencerahkan dunia
Sepi sirna ditepis sang surya
Ku terbata terpana
Ketika indah menghiasi jendela
Roda berhenti berputar
Semua rasa kau olesi luka
Kau terangi jiwaku
Kau lempar dukaku didasar samudra
Kau berubah lingkungan mendesak
Tak menghendaki rasa
Kau robek rasa
Termakan ucapan sekitarmu
Massa lalu yang menyiksamu
Kau tertatih, membisu
Lingkungan menyamakan denganku
Massa lalu yang menghancurkan hidupmu
Lingkungan menyamakan denganku
Rasa Yang Menahan Harapan
Kangen terbelenggu dihati
Rasa yang menahan harapan
Waktu yang menghitung detik
Angin yang mengenang paras
Kesunyian di isi sepi
Semua yang berjalan tak ku mengerti
Reka-reka apa yang terjadi
Melambung tinggi anganku
Sudah terlalu dalam memahami
Nama yang tak terlupa
Tersimpan hanya satu arti
Merasa semua tak mendalami
Asaku terbang jauh
Melayang bermain dengan awan
Suara menggematak terdengar bulan
Udara yang menemani
Mengikuti arah mentari
Rasa membawaku meredupkan hatiku
Menunggu terang menghapus gelap
Ku Tak Bisa Bertahan
Terdiam hanya bisa diam
Kaupun menghilang
Kau datang dengan dukaan
Menggores kalbu
Tak terucap kata
Berkali kau sakiti hati
Tapi tetap bertahan
Ku terpaku terpana
Melihat tingkahmu
Ku tak bisa bertahan
Kau tak bisa menahan
Kau tak bisa menjauh
Ku tak berdaya dengan kebencian
Mendung bagi diriku
Dirimu bagaikan rintihan kalbu
Mencoba menghentikan langkahku
Memahami tanggung hidupku
Engkau pelita malamku
Sang penggores kalbu
Merintih perih dibumbuhi garam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar