BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan
Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Manusia yang menggunakan bahasa dalam semua aspek dalam
kehidupan. Manusia itu zoon politicon atau seseorang tidak hidup tanpa bantuan
dari orang lain. Manusia tidak dapat melakukan semua aktivitas tanpa bantuan
dari sesama manusia, karena manusia telah di takdirkan untuk hidup bersama oleh
Yang Maha Kuasa. Manusia dalam berkomunikasi, melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan bahasa, bekerjasama, mengentifikasi diri dan sebagainya
menggunakan bahasa, sehingga bahasa sangat penting peranannya dalam semua kegiatan
dalam kehidupan manusia. Keraf (1994: 2) menjelaskan “Bahasa merupakan suatu
sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat atbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang
nyata”.
Adanya bahasa menjadikan kita sebagai makhluk yang
bermasyarakat. Berkomunikasi dalam masyarakat tidak terlepas dari aspek bahasa,
sehingga bahasa dapat berkembang dengan baik dalam masyarakat. Kridaklaksana
(2008: 24) menyatakan “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh
para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri”.
Chaer (2009: 1) menjelaskan sebagai berikut:
Bahasa
merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat atbitrer. Maksudnya, tidak
ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata
atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata
atau leksem tersebut. Oleh karena itu, misalnya, kita tidak dapat menjelaskan
mengapa binatang buas yang biasa dipiara di rumah dan rupanya seperti harimau
dalam ukuran kecil disebut dalam bahasa indonesia dengan nama <kucing>
dan bukan nama lain, misalnya <cuking>, atau <kicung>, atau juga
<ngicuk>.
Sintaksis adalah cabang ilmu
linguistik yang memiliki objek kajian yaitu kalimat, klausa dan frase.
Sintaksis merupakan disiplin ilmu linguistik yang memiliki keterkaitan dengan
ilmu fonologi, morfologi dan semantik. Ramlan (2005: 18) istilah sintaksis
berasal dari bahasa Belanda syntaxis dan dalam bahasa inggris digunakan istilah
syntax. Faizah (2010: 53) menyatakan
“Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki
struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat”. Ramlan (2005: 18) Menjelaskan
“Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”.
Dalam karya ilmiah ini mengkaji tentang frase endosentrik koordinatif
dan frase endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa
Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
Ramlan (2005: 139) “Frase merupakan
satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas
fungsi unsur klausa". Faizah (2010: 58) menjelaskan “ Istilah frasa
(sering dinyatakan pula frase) dalam bahaasa Indonesia biasa disebut kelompok
kata “. Depdiknas (2008: 399) menyatakan “ Frasa adalah gabungan dua kata atau
lebih yang bersifat nonpredikat”. “Frase
adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di
dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis”. Jenis frase ada dua yaitu
frase eksosentrikdan frase endosentrik. Frase endosentrik terdiri dari frase
endosentrik koordinatif, frase endosentrik atributif dan frase endosentrik
apositif.
Masyarakat Desa Pangkalan Baru
Kecamatan Siak Hulu mengunakan bahasa melayu Kampar dalam berkomunikasi antar
sesama dalam kehidupan sehari-hari, karena Kecamatan Siak Hulu merupakan bagian
dari kecamatan yang berada di Kabupaten Kampar. Desa Pangkalan Baru merupakan
salah satu desa di kecamatan Siak Hulu yang berada di pinggiran kota Pekanbaru.
Desa Pangkalan Baru terletak di jalan raya Pasir Putih Lintas Timur yang
berjarak 18 km dari kota Pekanbaru. Kecamatan Siak Hulu merupakan kecamatan di
Kabupaten Kampar yang dekat dengan kota pekanbaru. Desa Pangkalan terdiri dari empat
dusun yaitu Suka Menanti, Suka Damai, Jayabaru dan Pematang Kayu Arang. Desa
Pangkalan Baru terdiri dari empat suku yaitu suku melayu, suku meliling, suku
dayun dan suku domo. Bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan
Siak Hulu merupakan bahasa resmi yang digunakan dalam adat dan acara besar yang
diadakan di Desa Pangkalan Baru. Masyarakat Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak
Hulu masih mempertahankan adat-istiadat mereka sebagai pedoman dalam hidup
selain Al-qur’an dan Hadist.
Bahasa melayu Kampar dialek Desa
Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu memiliki sedikit perbedaan dari segi
pelafalannya dan irama saat pelafalannya dengan bahasa melayu Kampar dialek
Bangkinang, karena bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Kecamatan Siak
Hulu yang dekat dengan kota Pekanbaru. Oleh karena itu, bahasa melayu Kampar
dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu ada kata-katanya yang hampir
mirip dengan bahasa Indonesia, misalnya
kata itiok, putioh, bayiok-bayiok, sangek, gateh, banteh goliong, kuciong, anjiong,
cako dan sebagainya dalam bahasa melayu Kampar dialek Bangkinang sedang
dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru yaitu itik, putih, baik-baik, kuat, gatal, bantal
guling, kucing, anjing, tadi dan sebagainya, yang mirip dengan bahasa Indonesia.
Bahasa melayu Kampar dielak Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu yang tidak
mirip dengan bahasa Indonesia tetapi, berbeda pelafalan dengan bahasa melayu
kampar dialek Bangkinang yaitu pai
(pergi), ayu (air), komai (kesini), komuah (kemaren), kelapo (kelapa), joyiong
(jengkol) amak (ibu), abah (ayah) dan sebagainya, sedangkan dalam bahasa
melayu Kampar dialek Desa Pangakalan Baru Kecamatan Siak Hulu yaitu poi (pergi), ai (air), siko (kesini), potang
(kemaren), kiambil (kelapa), joing (jengkol) , umak (ibu), ubah (ayah) dan
sebagainya.
Dalam bahasa melayu Kampar dialek
Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak hulu
terdapat frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif.
Frase endosentrik koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara dan dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan
atau, sedangkan frase endosentrik atributif terdiri dari unsur-unsur yang
tidak setara dan tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau. Faizah (2010: 62) ”Frasa Endosentrik Kooodinatif, merupakan frasa
yang terdiri dari unsur setara, dalam arti terdapat kemungkinan unsurnya
dihubungkan dengan konjungtor dan atau atau”. Ramlan (2005: 143) “Frase
Endosentrik yang Atributif, berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif,
frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu,
unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan dan atau atau”.
1.1.2
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah frase endosentrik koordinatif dalam bahasa
melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu?
2.
Bagaimanakah frase endosentrik atributif dalam bahasa
melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu?
1.2 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui bagaimanakah frase endosentrik koordinatif dalam bahasa melayu
Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
2.
Untuk mengetahui bagaimanakah frase endosentrik atributif
dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
1.3 Ruang
Lingkup Penelitian
1.3.1
Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk ke
dalam disiplin ilmu bahasa (linguistik),
kajian sintaksis, bidang frase,
khususnya frase endosentik yaitu frase endosentrik koordinatif dan frase
endosentrik atributif. Jenis frase terdiri dari : (1) Frase Eksosentrik, (2) Frase Endosentrik yang dapat
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: (2a) Frasa Endosentrik Koordinatif, (2b)
Frase Endosentrik Atributif, dan (3) Frase Endosentrik Apositif.
1.3.2
Pembatasan Masalah
Berdasarkan
ruang lingkup masalah di atas, kajian
sintaksis sangat luas cakupannya. Oleh sebab itu,
penulis akan membatasi masalah penelitian ini yang terfokus pada frase endosentrik koordinatif dan frase
endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru
Kecamatan Siak Hulu.
1.3.3
Penjelasan Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan oleh
penulis agar tidak terjadi kesalahpahaman. Istilah-istilah yang perlu
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1.
Ramlan
(2005: 18) Menjelaskan “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”.
2.
“Frase
adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di
dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis”.
3.
Depdiknas (2008: 324) “Dialek adalah variasi bahasa yang
berbeda-beda menurut pemakai(misalnya bahasa dari suatu daerah tertentu,
kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu)”.
4.
Ramlan (2005:
142) “Frase Endosentrik yang Koordinatif,
frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau”.
5.
Alwi,dkk (1998:
163) “Frasa Endosentrik Atributif, frasa
verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pawatas
(modifier) yang menempatkan di muka atau dibelakang verba inti. Yang dimuka
pewatas depn yang dibelakang dinamakan pawatas
belakang”.
1.4 Anggapan Dasar dan Teori
1.4.1
Anggapan Dasar
Berdasarkan latar belakang dan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata dalam bahasa melayu
Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu mengandung frase
endosentrik koordinatifdan frase endosentrik atributif.
1.4.2
Teori
Penelitian ini didasari dengan teori. Teori ini digunakan untuk
menjelaskan dan memaparkan mengenai frasa
atau frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif. Teori yang akan dibahas pada penelitian ini adalah definisi sintaksis, alat-alat sinataksis, klasifikasi
sintaksis. Penulis menggunakan teori menurut beberapa
ahli, yaitu M Ramlan, Hasnah Faizah
dan Hasan Alwi, dkk.
1.4.2.1
Pengertian Sintaksis
Faizah
(2010: 53) menyatakan “Sintaksis adalah
cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan
kaidah penyusunan kalimat”. Ramlan (2005: 18) Menjelaskan “Sintaksis ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frase”.
1.4.2.2 Alat-Alat Sintasis
Faizah (2010: 56) mengemukakan
tentang alat-alat sintaksis.
Ada empat macam alat-alat sintaksis yaitu: (1) Urutan merupakan alat
sintaksis yang pertama. Hal ini berperan besar dalam penentuan makna gramatikal
sebuah satuan sintaksis, (2) Bentuk Kata juga merupakan alat sintaksis. Hal ini
ditandai oleh penggunaan imbuhan (afiks), baik berupa awalan (prefiks), sisipan
(infiks), akhiran (sufiks), kombinasi awalan dan akhiran (simulfiks), maupun
konfiks, (3) Intonasi bukanlah sesuatu gejala yang tunggal, melainkan merupakan
perpaduan dari berbagai macam gejala, yaitu tekanan (stress), titik nada
(pitch), durasi atau tempo (lenght), perhentian atau jeda (pause), dan suara
yang meninggi, mendatar atau menurun pada akhir arus ujaran, (4) Kata Tugas
dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: preposisi, konjungsi,
interjeksi, artikel dan partikel.
1.4.2.3 Klasifikasi
Sintaksis
1.4.2.3.1 Frase
Ramlan
(2005: 139) “Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa". Faizah (2010: 58)
menjelaskan “ Istilah frasa (sering dinyatakan pula frase) dalam bahaasa
Indonesia biasa disebut kelompok kata “. Depdiknas (2008: 399) menyatakan “
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikat”. Chaer (2009: 120) “Frase adalah satuan
sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di dalam klausa
menduduki fungsi-fungsi sintaksis”. Frase merupakan satuan
sintaksis yang terdiri dari dua kata
atau lebih. Oleh karena itu, unsur langsung sebuah frase selalu lebih dari satu unsur satuan bahasa.
Contoh frase sebagai berikut:
(1)
gedung sekolah itu
(2)
yang sedang membaca
(3)
akan pergi
(4)
sakit sekali
(5)
kemarin pagi
(6)
di halaman
Chomsky (dalam Faizah 2010: 60) menyatakan sebagai berikut:
Meskipun
satuan gramatis itu hanya berupa sebuah kata dapat dikatakan sebagai frasa jika
kata tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi satuan gramatis yang lebih
besar, misalnya kata rumah dapat dinyatakan sebagai frasa nominal karena kata
tersebut dapat dikembangkan menjadi rumah itu, rumah baru itu, rumah orang kaya
itu, dan frasa tersebut dapat menduduki fungsi sintaksis tertentu dalam klausa
atau kalimat.
1.4.2.3.2 Jenis-Jenis Frase
Faizah
(2010: 62) menjelaskan jenis-jenis frase sebagai berikut:
Jenis-jenis frase terdiri dari : (1) Frasa
Eksosentris, yakni frasa yang tidak berdistribusikan sama dengan salah satu
komponennya, dan (2) Frasa Endosentrik, terdiri dari beberapa frase yaitu: (2a)
Frasa Endosentrik Kooodinatif, merupakan frasa yang terdiri dari unsur setara,
dalam arti terdapat kemungkinan unsurnya dihubungkan dengan konjungtor dan atau atau, (2b) Frasa Endosentrik Atributif, merupakan frasa yang
terdiri dari unsur tidak setara sehingga tidak mungkin dihubungkan dengan
konjungtor dan atau atau, dan Frasa Endosentrik Apositif,
merupakan frasa dimana selain unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan
konjungtor dan atau secara semantis kedua unsur itu sama.
Ramlan (2005: 141-143) memberikan
penjelasan antara lain:
Frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya disebut
frase endosentrik, dan frasa yang tidak demikian, makasudnya tidaka mempunyai
distribusi yang sama dengan semua unsurnya disebut frase eksosentrik. Contoh
frase yang eksosentrik ialah frase di perpustakaan. Frase tersebut tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Frase endosentrik dapat
dibedakan mrnjadi tiga golongan, yaitu: (1) Frase Endosentrik yang Koordinatif,
frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, (2) Frase Endosentrik
yang Atributif, berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif, frase
golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu,
unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan dan atau atau, dan (3) Frase Endosentrik yang Apositif, frase ini memiliki
sifat yang berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang
atributif. Dalam frase Ahmad, anak Pak
Sastro unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau dan secara sematik unsur yang
satu, dalam hal ini unsur anak Pak Sastro
sama dengan unsur lainnya, yaitu sama dengan unsur Ahmad. Karena sama maka unsur anak
Pak Sastro dapat menggantikan unsur Ahmad.
Chaer
(2009:120) menyatakan “Dilihat dari hubungan kedua unsurnya, dibedakan adanya
frase endosentrik, yaitu yang salah satu unsurnya dapat menggantikan keseluruhannya:
dan adanya frase eksosentrik, yaitu yang kedua unsurnya merupakan satu
kesatuan”. Alwi, dkk (1998: 163-167) mengemukakan frasa endosentrik atributif
dan frsa endosentrik koordinatif.
Jenis-jenis frasa verbal yaitu: (1) Frasa
Endosentrik Atributif, frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas
inti verba dan pawatas (modifier) yang menempatkan di muka atau dibelakang
verba inti. Yang dimuka pewatas depn yang dibelakang dinamakan pawatas belakang. (2) Frasa Endosentrik Koordinatif,
wujud frasa endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba yang
digabungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau.
Contoh frase endosentrik koordinatif yaitu:
1.
Menangis dan meratapi nasib
2.
Pergi atau menunggu
3.
Ayah dan ibu
4.
Makan dan minum
5.
Sawah dan ladang
Contoh frase endosentrik atributif yaitu:
1.
Pembangunan
lima tahun
2.
Buku baru
3.
Perkarangan
yang luas
4.
Sangat bangga
5.
Orang itu
1.5 Penentuan
Sumber Data
1.5.1
Populasi
Arikunto (2010:173) “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi”. Sumarta (2013:79) Populasi adalah keseluruhan yang berada di suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis memilih informan
yang dijadikan sebagai sumber data ialah
masyarakat Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar yang
menggunakan bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru.
1.5.2
Sampel
Arikunto
(2010:174) menjelaskan Sampel adalah sebahagian dari populasi yang akan
diteliti. Sampel pada penelitian ini peneliti lakukan secara penuh atau sampel total. Sumarta (2013:80) “Sampel adalah sebuah
kelompok yang menjadi bagian dari populasi sehingga memiliki karakteristik
populasi”. Peneliti mengambil 15 contoh frase
endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif bahasa melayu Kampar
dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Dalam
penelitian ini, penulis menetapkan dua orang
informan yang akan dijadikan sumber data, kedua informan tersebut yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Mahsun (2011: 141) menjelaskan
kriteria-kriteria informan sebagai berikut:
Berjenis kelamin pria
atau wanita
1.
Berusia
25-65 (tidak pikun)
2.
Orang
tua, istri, atau suami lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak
pernah meniggalkan desanya.
3.
Berpendidikan
maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SMP)
4.
Berstatus
sosial menengah (tidak rendah dan tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu
tinggi mobilitasnya.
5.
Pekerjaannya
petani atau buruh
6.
Memiliki
kebanggaan terhadap isoleknya
7.
Dapat
berbahasa
Indonesia
8.
Sehat
jasmani dan rohani
Ketiga
informan yang dinyatakan layak sebagai
sumber data yaitu:
1.
Nama : Sudariah
Tempat Tanggal Lahir : Tabek Gadang,
05 Oktober 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Sipil
Pendidikan Terakhir :
S1
Alamat Sekarang : Desa Pangkalan Baru
Kecamatan Siak Hulu
2.
Nama : Yuliana
Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru,
21 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
SMA
Alamat
Sekarang : Desa Pangkalan Baru
Kecamatan Siak Hulu
1.6 Metode Pengumpulan Data
1.6.1
Metode
penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode deskriptif atau metode yang menjelaskan sesuai apa adanya. Arikunto
(2010:3) Metode Dekriptif adalah memaparkan dan menggambarkan suatu hal dengan
apa adanya. Depdiknas (2008: 320) deskriptif bersifat menggambarkan sesuatu
dengan apa adanya. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara apa adanya mengenai
frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif bahasa melayu
Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.
1.6.2
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh informasi atau data-data yang lengkap yang digunakan maka digunakan
teknik pengumpulan data yaitu:
1. Teknik Rekaman
Teknik rekaman yaitu dengan menggunakan seperangkat
alat perekam untuk merekam setiap pembicaraan dari informan atau penutur asli bahasa
melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
2. Teknik Catat
Teknik catat yaitu
teknik yang digunakan untuk mencatat setiap data dari informan atau penutur
asli bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu. Teknik
ini penulis gunakan untuk mendukung data-data yang penulis peroleh melalui alat
perekam dalam telepon genggam dengan fakta yanga ada dilapangan. Keraf
(1994:173) Pencataan Data ialah mencatat bahan-bahan yang dianggapnya sangat
penting atau diperlukan bagi penyusunan karya ilmiah.
1.6.3
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Kata-kata yang
ditranslitrasikan dari bahasa lisan ke tulisan;
2.
Data tersebut diterjemahkan dari bahasa melayu Kampar dialek
Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu kebahasa Indonesia;
3.
Data dikelompokkan berdasarkan frase endosentrik
koordinatif dan frasa endosentrik atributif;
4.
Mendeskripsikan frasa endosentrik koordinatif dan frasa
endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru
Kecamatan Saik Hulu;
5.
Menganalisis dan menginterpretasikan Mendeskripsikan frasa
endosentrik koordinatif dan frasa endosentrik atributif dalam bahasa melayu
Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Saik Hulu berdasarkan teori yang
digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar