Sabtu, 22 Juni 2013


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1  Latar Belakang
            Manusia yang menggunakan bahasa dalam semua aspek dalam kehidupan. Manusia itu zoon politicon atau seseorang tidak hidup tanpa bantuan dari orang lain. Manusia tidak dapat melakukan semua aktivitas tanpa bantuan dari sesama manusia, karena manusia telah di takdirkan untuk hidup bersama oleh Yang Maha Kuasa. Manusia dalam berkomunikasi, melakukan aktivitas yang berhubungan dengan bahasa, bekerjasama, mengentifikasi diri dan sebagainya menggunakan bahasa, sehingga bahasa sangat penting peranannya dalam semua kegiatan dalam kehidupan manusia. Keraf (1994: 2) menjelaskan “Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat atbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata”.
            Adanya bahasa menjadikan kita sebagai makhluk yang bermasyarakat. Berkomunikasi dalam masyarakat tidak terlepas dari aspek bahasa, sehingga bahasa dapat berkembang dengan baik dalam masyarakat. Kridaklaksana (2008: 24) menyatakan “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri”.
            Chaer (2009: 1) menjelaskan sebagai berikut:
Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat atbitrer. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau leksem tersebut. Oleh karena itu, misalnya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang buas yang biasa dipiara di rumah dan rupanya seperti harimau dalam ukuran kecil disebut dalam bahasa indonesia dengan nama <kucing> dan bukan nama lain, misalnya <cuking>, atau <kicung>, atau juga <ngicuk>.

            Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang memiliki objek kajian yaitu kalimat, klausa dan frase. Sintaksis merupakan disiplin ilmu linguistik yang memiliki keterkaitan dengan ilmu fonologi, morfologi dan semantik. Ramlan (2005: 18) istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda syntaxis dan dalam bahasa inggris digunakan istilah syntax. Faizah (2010: 53)  menyatakan “Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat”. Ramlan (2005: 18) Menjelaskan “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”.  Dalam karya ilmiah ini mengkaji tentang frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
            Ramlan (2005: 139) “Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa". Faizah (2010: 58) menjelaskan “ Istilah frasa (sering dinyatakan pula frase) dalam bahaasa Indonesia biasa disebut kelompok kata “. Depdiknas (2008: 399) menyatakan “ Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikat”.     “Frase adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis”. Jenis frase ada dua yaitu frase eksosentrikdan frase endosentrik. Frase endosentrik terdiri dari frase endosentrik koordinatif, frase endosentrik atributif dan frase endosentrik apositif.
            Masyarakat Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu mengunakan bahasa melayu Kampar dalam berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari, karena Kecamatan Siak Hulu merupakan bagian dari kecamatan yang berada di Kabupaten Kampar. Desa Pangkalan Baru merupakan salah satu desa di kecamatan Siak Hulu yang berada di pinggiran kota Pekanbaru. Desa Pangkalan Baru terletak di jalan raya Pasir Putih Lintas Timur yang berjarak 18 km dari kota Pekanbaru. Kecamatan Siak Hulu merupakan kecamatan di Kabupaten Kampar yang dekat dengan kota pekanbaru. Desa Pangkalan terdiri dari empat dusun yaitu Suka Menanti, Suka Damai, Jayabaru dan Pematang Kayu Arang. Desa Pangkalan Baru terdiri dari empat suku yaitu suku melayu, suku meliling, suku dayun dan suku domo. Bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu merupakan bahasa resmi yang digunakan dalam adat dan acara besar yang diadakan di Desa Pangkalan Baru. Masyarakat Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu masih mempertahankan adat-istiadat mereka sebagai pedoman dalam hidup selain Al-qur’an dan Hadist.
            Bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu memiliki sedikit perbedaan dari segi pelafalannya dan irama saat pelafalannya dengan bahasa melayu Kampar dialek Bangkinang, karena bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Kecamatan Siak Hulu yang dekat dengan kota Pekanbaru. Oleh karena itu, bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu ada kata-katanya yang hampir mirip dengan bahasa Indonesia,  misalnya kata itiok, putioh, bayiok-bayiok, sangek, gateh, banteh goliong, kuciong, anjiong, cako dan sebagainya dalam bahasa melayu Kampar dialek Bangkinang sedang dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru yaitu itik, putih, baik-baik, kuat, gatal, bantal guling, kucing, anjing, tadi dan sebagainya, yang mirip dengan bahasa Indonesia. Bahasa melayu Kampar dielak Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu yang tidak mirip dengan bahasa Indonesia tetapi, berbeda pelafalan dengan bahasa melayu kampar dialek Bangkinang yaitu pai (pergi), ayu (air), komai (kesini), komuah (kemaren), kelapo (kelapa), joyiong (jengkol) amak (ibu), abah (ayah) dan sebagainya, sedangkan dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangakalan Baru Kecamatan Siak Hulu yaitu poi (pergi), ai (air), siko (kesini), potang (kemaren), kiambil (kelapa), joing (jengkol) , umak (ibu), ubah (ayah) dan sebagainya.
            Dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak hulu  terdapat frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif. Frase endosentrik koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara dan dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau, sedangkan frase endosentrik atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara dan tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau. Faizah (2010: 62) ”Frasa Endosentrik Kooodinatif, merupakan frasa yang terdiri dari unsur setara, dalam arti terdapat kemungkinan unsurnya dihubungkan dengan konjungtor dan atau atau”. Ramlan (2005: 143) “Frase Endosentrik yang Atributif, berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan dan atau atau”.

1.1.2 Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah frase endosentrik koordinatif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu?
2.      Bagaimanakah frase endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu?

1.2  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah frase endosentrik koordinatif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah frase endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
1.3.1 Ruang Lingkup
            Penelitian ini termasuk ke dalam  disiplin ilmu bahasa (linguistik), kajian sintaksis, bidang  frase, khususnya frase endosentik yaitu frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif. Jenis frase terdiri dari : (1) Frase  Eksosentrik, (2) Frase Endosentrik yang dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: (2a) Frasa Endosentrik Koordinatif, (2b) Frase Endosentrik Atributif, dan (3) Frase Endosentrik Apositif.
1.3.2 Pembatasan Masalah
            Berdasarkan ruang lingkup masalah di atas, kajian sintaksis sangat luas cakupannya. Oleh sebab itu, penulis akan membatasi masalah penelitian ini yang terfokus pada frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
1.3.3 Penjelasan Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan oleh penulis agar tidak terjadi kesalahpahaman. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1.      Ramlan (2005: 18) Menjelaskan “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”. 
2.      “Frase adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis”.
3.      Depdiknas (2008: 324) “Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai(misalnya bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu)”.
4.      Ramlan (2005: 142) “Frase Endosentrik yang Koordinatif, frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau”.
5.      Alwi,dkk (1998: 163) “Frasa Endosentrik Atributif, frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pawatas (modifier) yang menempatkan di muka atau dibelakang verba inti. Yang dimuka pewatas depn yang dibelakang dinamakan pawatas  belakang.
1.4  Anggapan Dasar dan Teori
1.4.1 Anggapan Dasar
Berdasarkan latar belakang dan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu mengandung frase endosentrik koordinatifdan frase endosentrik atributif.
1.4.2 Teori
Penelitian ini didasari dengan teori. Teori ini digunakan untuk menjelaskan dan memaparkan mengenai frasa atau frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif. Teori yang akan dibahas pada penelitian ini adalah definisi sintaksis, alat-alat sinataksis, klasifikasi sintaksis. Penulis menggunakan teori menurut beberapa ahli, yaitu M Ramlan, Hasnah Faizah dan Hasan Alwi, dkk.
1.4.2.1 Pengertian Sintaksis
Faizah (2010: 53)  menyatakan “Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat”. Ramlan (2005: 18) Menjelaskan “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase”. 
1.4.2.2 Alat-Alat Sintasis
Faizah (2010: 56) mengemukakan tentang alat-alat sintaksis.
Ada empat macam alat-alat sintaksis yaitu: (1) Urutan merupakan alat sintaksis yang pertama. Hal ini berperan besar dalam penentuan makna gramatikal sebuah satuan sintaksis, (2) Bentuk Kata juga merupakan alat sintaksis. Hal ini ditandai oleh penggunaan imbuhan (afiks), baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), kombinasi awalan dan akhiran (simulfiks), maupun konfiks, (3) Intonasi bukanlah sesuatu gejala yang tunggal, melainkan merupakan perpaduan dari berbagai macam gejala, yaitu tekanan (stress), titik nada (pitch), durasi atau tempo (lenght), perhentian atau jeda (pause), dan suara yang meninggi, mendatar atau menurun pada akhir arus ujaran, (4) Kata Tugas dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel dan partikel.

1.4.2.3 Klasifikasi Sintaksis
1.4.2.3.1 Frase
Ramlan (2005: 139) “Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa". Faizah (2010: 58) menjelaskan “ Istilah frasa (sering dinyatakan pula frase) dalam bahaasa Indonesia biasa disebut kelompok kata “. Depdiknas (2008: 399) menyatakan “ Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikat”.     Chaer (2009: 120) “Frase adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis”. Frase merupakan satuan sintaksis yang  terdiri dari dua kata atau lebih. Oleh karena itu, unsur langsung sebuah frase  selalu lebih dari satu unsur satuan bahasa.
            Contoh frase sebagai berikut:
(1)   gedung sekolah itu
(2)   yang sedang membaca
(3)   akan pergi
(4)   sakit sekali
(5)   kemarin pagi
(6)   di halaman

Chomsky (dalam Faizah 2010: 60)  menyatakan sebagai berikut:
Meskipun satuan gramatis itu hanya berupa sebuah kata dapat dikatakan sebagai frasa jika kata tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi satuan gramatis yang lebih besar, misalnya kata rumah dapat dinyatakan sebagai frasa nominal karena kata tersebut dapat dikembangkan menjadi rumah itu, rumah baru itu, rumah orang kaya itu, dan frasa tersebut dapat menduduki fungsi sintaksis tertentu dalam klausa atau kalimat.
             
1.4.2.3.2  Jenis-Jenis Frase
      Faizah (2010: 62) menjelaskan jenis-jenis frase sebagai berikut:
Jenis-jenis frase terdiri dari : (1) Frasa Eksosentris, yakni frasa yang tidak berdistribusikan sama dengan salah satu komponennya, dan (2) Frasa Endosentrik, terdiri dari beberapa frase yaitu: (2a) Frasa Endosentrik Kooodinatif, merupakan frasa yang terdiri dari unsur setara, dalam arti terdapat kemungkinan unsurnya dihubungkan dengan konjungtor dan atau atau, (2b) Frasa Endosentrik Atributif, merupakan frasa yang terdiri dari unsur tidak setara sehingga tidak mungkin dihubungkan dengan konjungtor dan atau atau, dan Frasa Endosentrik Apositif, merupakan frasa dimana selain unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan konjungtor dan atau secara semantis kedua unsur itu sama.
Ramlan (2005: 141-143) memberikan penjelasan antara lain:
Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya disebut frase endosentrik, dan frasa yang tidak demikian, makasudnya tidaka mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya disebut frase eksosentrik. Contoh frase yang eksosentrik ialah frase di perpustakaan. Frase tersebut tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan mrnjadi tiga golongan, yaitu: (1) Frase Endosentrik yang Koordinatif, frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau,  (2) Frase Endosentrik yang Atributif, berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan dan atau atau, dan (3) Frase Endosentrik yang Apositif, frase ini memiliki sifat yang berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang atributif. Dalam frase Ahmad, anak Pak Sastro unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau dan secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Sastro sama dengan unsur lainnya, yaitu sama dengan unsur Ahmad. Karena sama maka unsur anak Pak Sastro  dapat menggantikan unsur Ahmad.

            Chaer (2009:120) menyatakan “Dilihat dari hubungan kedua unsurnya, dibedakan adanya frase endosentrik, yaitu yang salah satu unsurnya dapat menggantikan keseluruhannya: dan adanya frase eksosentrik, yaitu yang kedua unsurnya merupakan satu kesatuan”. Alwi, dkk (1998: 163-167) mengemukakan frasa endosentrik atributif dan frsa endosentrik koordinatif.
Jenis-jenis frasa verbal yaitu: (1) Frasa Endosentrik Atributif, frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pawatas (modifier) yang menempatkan di muka atau dibelakang verba inti. Yang dimuka pewatas depn yang dibelakang dinamakan pawatas  belakang. (2) Frasa Endosentrik Koordinatif, wujud frasa endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung  dan atau atau.

Contoh frase endosentrik koordinatif yaitu:
1.      Menangis dan meratapi nasib
2.      Pergi atau menunggu
3.      Ayah dan ibu
4.      Makan dan minum
5.      Sawah dan ladang

Contoh frase endosentrik atributif yaitu:
1.      Pembangunan lima tahun
2.      Buku baru
3.      Perkarangan yang luas
4.      Sangat bangga
5.      Orang itu

1.5   Penentuan Sumber Data

1.5.1        Populasi

Arikunto (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Sumarta (2013:79) Populasi adalah keseluruhan yang berada di suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis memilih informan yang  dijadikan sebagai sumber data ialah masyarakat Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar yang menggunakan bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru.
1.5.2        Sampel
Arikunto (2010:174) menjelaskan Sampel adalah sebahagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel pada penelitian ini peneliti lakukan secara penuh atau sampel total.  Sumarta (2013:80) “Sampel adalah sebuah kelompok yang menjadi bagian dari populasi sehingga memiliki karakteristik populasi”.  Peneliti mengambil 15 contoh frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Dalam penelitian ini,  penulis menetapkan dua orang informan yang akan dijadikan sumber data, kedua informan tersebut yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Mahsun (2011: 141) menjelaskan kriteria-kriteria informan sebagai berikut:
 Berjenis kelamin pria atau wanita
1.      Berusia 25-65 (tidak pikun)
2.      Orang tua, istri, atau suami lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meniggalkan desanya.
3.      Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SMP)
4.      Berstatus sosial menengah (tidak rendah dan tidak tinggi) dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.
5.      Pekerjaannya petani atau buruh
6.      Memiliki kebanggaan terhadap isoleknya
7.      Dapat berbahasa Indonesia
8.      Sehat jasmani dan rohani
Ketiga  informan yang dinyatakan layak sebagai sumber data yaitu:
1.      Nama                                       : Sudariah
Tempat Tanggal Lahir             : Tabek Gadang, 05 Oktober 1969
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Agama                                     : Islam
Pekerjaan                                 : Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan Terakhir                : S1
Alamat Sekarang                     : Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu

2.      Nama                                       : Yuliana
Tempat Tanggal Lahir             : Pekanbaru, 21 Juli 1994
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Agama                                     : Islam
Pendidikan Terakhir                : SMA
Alamat Sekarang                     : Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu
                                               
1.6    Metode Pengumpulan Data

1.6.1        Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif atau metode yang menjelaskan sesuai apa adanya. Arikunto (2010:3) Metode Dekriptif adalah memaparkan dan menggambarkan suatu hal dengan apa adanya. Depdiknas (2008: 320) deskriptif bersifat menggambarkan sesuatu dengan apa adanya. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara apa adanya mengenai frase endosentrik koordinatif dan frase endosentrik atributif bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.
1.6.2        Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi atau data-data yang lengkap yang digunakan maka digunakan teknik pengumpulan data yaitu:
1.      Teknik Rekaman
Teknik rekaman yaitu dengan menggunakan seperangkat alat perekam untuk merekam setiap pembicaraan dari informan atau penutur asli bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu.
2.      Teknik Catat
Teknik catat yaitu teknik yang digunakan untuk mencatat setiap data dari informan atau penutur asli bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu. Teknik ini penulis gunakan untuk mendukung data-data yang penulis peroleh melalui alat perekam dalam telepon genggam dengan fakta yanga ada dilapangan. Keraf (1994:173) Pencataan Data ialah mencatat bahan-bahan yang dianggapnya sangat penting atau diperlukan bagi penyusunan karya ilmiah.

1.6.3        Teknik Analisis Data
            Teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Kata-kata  yang ditranslitrasikan dari bahasa lisan ke tulisan;
2.      Data tersebut diterjemahkan dari bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu kebahasa Indonesia;
3.      Data dikelompokkan berdasarkan frase endosentrik koordinatif dan frasa endosentrik atributif;
4.      Mendeskripsikan frasa endosentrik koordinatif dan frasa endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Saik Hulu;
5.      Menganalisis dan menginterpretasikan Mendeskripsikan frasa endosentrik koordinatif dan frasa endosentrik atributif dalam bahasa melayu Kampar dialek Desa Pangkalan Baru Kecamatan Saik Hulu berdasarkan teori yang digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar